Entertainment     INTERNATIONAL     OLAHRAGA     HUKUM DAN KRIMINAL     POLITIK     PARIWISATA     IKLAN     Rokan Hilir     Kepulauan Bangka Belitung     Kabupaten Bangka     Pertamina Hulu Rokan (PHR)     Bengkalis     Sumatra Barat     Siak     Pekanbaru     Bukittinggi     Agam     DKI Jakarta     Propinsi Kalimantan Barat     Kepulauan Meranti     Dumai     SAROLANGUN      Sumatera Selatan      Kampar     Pasaman Barat     Indragiri Hilir     Indragiri Hulu     Rokan Hulu     Lima Puluh Koto     Padang Pariaman     Pasaman Timur     Pesisir Selatan     Padang     Payakumbuh     TANAH DATAR      DPRD TANAH DATAR      Jakarta Utara     Jakarta Barat     Jakarta Timur     TNI      Sumatra Utara     Jakarta Selatan     PELELAWAN      POLRI     DPRD Kabupaten Bengkalis      NAGARI PANINJAUAN      Padang Panjang      pariwara Padang Panjang      Nasional     Kepulauan Riau  
KORAN ONLINE
PT. SUARA RIAU POS
JL. Imam Bonjol. RT 3 RW 2 Kec. Mandau. Kab. Bengkalis Riau
Telp: 0812 - 6176 - 5827 Email: suarariaupos@yahoo.com
Friday, 29 Mar 2024, 06:29
KORAN ONLINE
PT. SUARA RIAU POS
JL. Imam Bonjol. RT 3 RW 2 Kec. Mandau. Kab. Bengkalis Riau
Telp: 0812 - 6176 - 5827 Email: suarariaupos@yahoo.com
Friday, 29 Mar 2024, 06:29      
Entertainment

Anak Wong Ndeso Yang Go International

Jum'at, 12 Februari 2016
Dibaca : 859 kali
Anak Wong Ndeso Yang Go International


Suka duka seorang anak janda penjual tahu, mimpi jadi designer batik di Luar Negeri.

Oleh: Marguerita Rancuret

Sore itu kota Zürich bertabur kehangatan, Ita, Aji dan Usep janjian untuk ketemuan di stasiun pusat kota Zürich. Walau pada awalnya kami sempat saling mencari ditengah kepadatan salah satu stasiun yang tersibuk di negara Switzerland, namun akhirnya kami dapat saling menemukan, dan segera berjalan kaki menuju gedung perpustakaan dimana biasanya acara bincang-bincang santai dilakukan oleh group ISC.

Reto sudah berada disana ketika kami tiba, wajahnya tampak cerah ketika melihat kedatangan kami bertiga. Setelah saling menyapa, kami langsung melangkahkan kaki memasuki gedung perpustakaan yang sore itu tampak lenggang. Seperti biasanya, kami langsung mengambil tempat disudut.

Tak lama kemudian Zainal dan Iwa turut bergabung bersama kami,Iwa duduk diantara Ita dan Usep, sedangkan Zainal, duduk diantara Aji dan Reto. Suasana akrab mulai menyelimuti kami semua. Karena Lurah Sigit yang biasanya mengkoordinator acara bincang-bincang santai tak dapat hadir kami lalu meminta Zainal untuk mewakili Sigit menjadi koordinator pada acara bincang-bincang kali ini,dan Ita belajar untuk mencatat semua pembicaraan sore itu menggantikan tugas yang biasanya dilakukan oleh Sigit.

Aji, walaupun pada awalnya tampak sedikit kikuk, mencoba memulai menceritakan kisah hidupnya dengan lugas dan santai. Bermula dari rasa kasihan yang mendalam pada Emak ( panggilan Aji pada ibunya ) dan adik-adiknya, yang dimana, dalam mata Aji kecil tak mampu mengenakan pakaian yang sepantasnya, Aji kecil bercita.cita untuk menjadi penjahit. Yahhh sebagai anak desa yang sederhana, tentu saja, saat itu, Aji tak terpikir olehnya untuk menjadi seorang Designer, bahkan mungkin saja, saat itu Aji kecil tak mengenal kata “ Designer “.
Kehidupan mereka yang sangat sederhana tak membuat Aji kecil putus asa dengan segala keminimannya, bahkan di sela-sela kesibukannya membantu sang Ibu untuk mencari kayu bakar buat masak, Aji kecil juga harus mengasuh adik-adiknya yang kembar.

Aji juga sempat menceritakan pada kami ,bagaimana Aji dilahirkan, saat itu mereka tinggal di saudara Emaknya, karena malu merepotkan orang lain, dengan terpaksa Emak melahirkan Aji dibawah pohon, dibelakang rumah,dimana mereka tinggal. Bahkan ketika ditanya, kapan Aji lahir, Emaknya, hanya bisa menjawab, bahwa Aji lahir pada hari Jumat Pon. Dilema ini sempat menjadi masalah, ketika Aji masuk Sekolah Dasar, akhirnya Kepala Sekolah yang baik itu memutuskan Aji lahir pada tanggal 25 Juni 1965, sebagai hari kelahirannya.

Aji kecil yang rajin dan pandai selalu membantu Ibunya membuat tahu untuk dijual di Pasar Wage, sepulang sekolah yang ditempuh dengan jalan kaki, Aji langsung lepas baju dan berangkat mencari kayu bakar dan daun kering sambil membawa buku buku pelajaran dan PR yang untuk dibaca dan dikerjakan disaat istirahat setelah dapat cukup kayu bakar dan daun kering buat Emak. Ada satu tempat kesukaan Aji kecil untuk istirahat dan meluangkan waktunya untuk belajar dan mengerjakan PR , yaitu di bawah pohon Trembesi milik Mbah Widji, disitu kesukaanya dimana biasanya dia melepaskan lelah dan memeluk cita-citanya. Dibawah lindungan teduhnya pohon Trembesi itu aji kecil sering merenda dan berangan bagaimana caranya nanti untuk bisa membahagiakan Ibunya serta dik adiknya dan bisa membelikan baju yang bagus buat mereka, mengisi gentong beras agar penuh tiap hari.

Alhamdullilah Aji kecil waktu itu sudah sangat berperilaku mandiri, diapun juga sangat heran bagaimana seorang anak janda penjual tahu dan buta huruf dapat semangat untuk belajar tanpa ada nasehat dan role model dilingkungan tempat tinggalnya bersama Ibunya.
Dia selalu semangat untuk bersekolah walaupun harus ditempuh dengan jalan kaki dan tanpa alas kaki untuk melindungi kaki kaki mungilnya dari panasnya jalanan yang ditempa terik matahari saat musim kemarau , atau beceknya dan kotornya jalanan tanah saat musim penghujan. Aji sangat bersyukur karena Bapak Bapak dan Ibu Ibu Guru SD Tanjungsari 1 selalu sayang kepadanya, dan salah satu dari beliau beliau ini yang sangat sayang dan penuh perhatian kepada Aji adalah Wali Kelasnya, Ibu Karyatin.

Sebuah kejutan dan keberanian yang sangat mengagumkan telah dilakukan Aji kecil. Pada saat usianya menginjak 11 tahun, dengan polosnya dan tanpa diketahui oleh siapapun, Aji memberanikan diri membuat surat pada pak Soeharto yang saat itu masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, dan surat itu dialamatkan ke Jl. Cendana Jakarta saja, walaupun alamatnya tidak lengkap Aji yakin dan berdoa surat akan sampai dan dibaca oleh beliau sendiri. Dia rajin sholat lima waktu dan sholat sunnah Tahajud, terutama saat saat menanti balasan surat dari Bapak Soeharto, tapi kadang Aji kecil takut kalau dia akan dihukum karena berani kirim surat ke Presiden.

Isinya kurang lebih seperti ini :
“ Kepada yang terhormat Bapak Presiden Soeharto,

Saya anak seorang janda penjual tahu, saya sekolah di SD Tanjungsari 1, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. Saya sekarang duduk di kelas 4 SD dan saya selalu ranking 1 dikelas. Walaupun Ibu saya tidak bisa beli buku buku dan alat alat tulis yang cukup, saya selalu ranking 1 dikelas. Dan saya juga tidak punya tas, tidak punya sepatu ( Ita…maaf aku berkaca kaca saat nulis ini ) , bajuku cuma satu dan sudah jamuran . Saya selalu pinjam penggaris dan penghapus milik Susiani. Semoga Bapak presiden yang terhormat mau membantu saya supaya saya bisa membeli pengaris, pencil, tas, sepatu dan baju yang bersih . Hormat saya , Ijat Sutaji (nama asli saya)“.

Allah memang sangat baik dan adil padanya, surat yang dikirimkan tanpa bantuan siapa-siapa, mendapat tanggapan luar biasa dari Depdikbud.
Dan dengan bimbingan dan bantuan Bapak Guru Poerwadi, Aji kecil mengurus dan mengambil bantuan beasiswa di BRI Tulungagung dengan dibonceng sepeda kumbang Pak Poerwadi yang baik hati.
Tahun-tahun berikutnya Aji kecil yang giat, tekun dan penuh semangat itu mendapatkan bantuan sebesar Rp. 6000 perbulan melalui program Supersemar dalam rangka mencapai cita-citanya.

Aji sangat bersyukur dan semakin giat belajar sampai akhirnya Aji tamat SD dan bisa diterima di melanjutkan di SMP Negeri Sumbergempol dan SMA Negeri 2 Tulungagung/saah satu SMA terbaik di Jawa Timur.
Sebenarnya cobaan Aji yang paling berat datang dari ayah kandungnya sendiri, yang telah meninggalkan Aji saat Aji berusia 3 bulan dan menikah dengan wanita lain dan punya dua anak. Pada saat Aji duduk di kelas 5 SD ayah Aji cerai dengan istri keduanya dan kembali ke Ibu Aji, dan membawa kedua adik tiri Aji . Disinilah beban Ibu Aji tambah berat karena harus banting tulang untuk mencari nafkah buat seluruh keluarga sendiri dan hanya dibantu oleh Aji kecil. Aji juga harus merawat keempat adik adiknya dan semua dianggap seperti adik sendiri.
Untuk saat ini Aji belum bisa memaparkan semua kejadian dan kekejaman ayah kandungnya, karena sangat tidak bisa dimengerti bagi Aji dan mungkin orang lain bagaimana seorang suami bisa berbuat sekejam itu kepada istrinya yang setia dan kerja banting tulang untuk keluarga dan dirinya, dan bagaimana bisa seorang ayah tega memperlakukan anak anaknya kandungnya sendiri seperti itu. Mungkin suatu saat Aji akan menceritakan semuanya, tapi untuk saatnya ini bagaimana detailnya biar menjadi sejarah tersendiri dalam hidup Aji.

Dibalik kisah dukanya, Aji sempat menghadirkan sebuah nama, nama yang sangat sederhana, dan dari sosok seseorang yang juga sederhana namun sangat dikagumi oleh Aji. Hubungan bathin yang kuat antara mbah Tukiman yang pekerjaan sehari-harinya tukang patri dengan Aji kecil, membuat Aji sangat menghormatinya. Mereka sering menghabiskan waktu berdua disebuah Cakruk ( gubug kecil buat istirahat), Mbah Tukiman selalu duduk bersila dengan sarung kotak kotak ijo dan coklat dan baju Beskap Jawa dengan bahan lurik. Saat Aji selesai bantu Ibunya dan PR sekolah udah dikerjakan, Aji datang kecakruk dan sambil membawa putung rokok yang dikumpulkan Aji duduk didepan Mbah Tukiman sambil menyodorkan sekantong plastik puntung rokok kepada Mbah beliau. Sambil bilang,“Matur suwun cah bagus „, Mbah Tukiman melepasi putung putung rokok itu dan dilingting/dibungkus kembali dengan klobot jagung dan dijadikan sekitar 6 potong rokok klobot. Setelah selesai nglinting rokok, seperti biasanya mulailah Mbah Tukiman nddongeng buat Aji, dan Aji sangat senang sekali karena itulah satu satunya hiburan setelah dia selesai bantu bantu Ibu dan selesai belajar,dimana dirumah tidak ada TV ataupun radio.

Sudah banyak dongeng cerita rakyat dikagumi Aji dari Mbah Tukiman yang selalu memakai Baju lurik yang sama setiap mereka bertemu dicakruk itu, mulai Joko Tarus, Buto Ijo, Timun Emas, Ande Ande Lumut, sampai Babad Tulungagung. Alhasil dari hubungan dua sosok Mbah Tukiman dan Aji kecil, antara rokok linting klobot dan dongeng rakyat ,yang berdasarkan kasih sayang yang saling menguntungkan, yang saling memberi dan saling menerima diantara mereka terlahirlah nama ” LURIK ” yang oleh Aji sampai detik ini dipergunakan sebagai logo design-designya , yaitu dari Baju beskap bahan can corak „lurik“ yang selalu dikenakan oleh Mbah Tukiman saat mereka berdua menghabiskan waktu di cakruk itu.

Suasana sore bincang-bincang sore itu sangat santai, sesekali kami bercanda diantara cerita-cerita Aji yang humoris dan mengagumkan. Sesekali kami memang perlu menerjemahkan kata-kata Aji pada Reto, karena Aji cukup banyak mempergunakan bahasa jawa. Rasa kekeluargaan sungguh kami rasakan, walau Iwa, Aji dan Zaenal masih puasa, kelesuan tak tampak di wajah-wajah mereka. Mata yang berbinar-binar dan senyum di bibir menemani sang waktu yang berjalan sangat cepat.

Pergulatan kehidupan Aji bukanlah bak air dalam tempayan begitu tenang dan dingin, Aji juga mempunyai perjalanan hidup yang unik. Ada kisahnya yang cukup jenaka dan membuat kami sempat tersenyum, dengan caranya yang penuh humor, Aji sempat menceritakan pada kami bagaimana suka dukanya dia setiap kali untuk pergi ke kursus bahasa ingrris, Aji harus mencari pinjaman baju pada teman-temannya. Aji juga tak lupa mengisahkan suka dukanya selama tinggal di Australia untuk belajar bahasa Inggris.

Bahkan kesadaran , bahwa bahasa Inggris sebagai salah satu alat komunikasi yang sangat penting dalam mencapai cita-cita, membuat Aji dengan penuh kerendahan hati memberikan dukungan pada anak-anak di desanya untuk belajar bahasa inggris pada guru privat yang oleh Aji diminta mengajar 2x dalam seminggu di rumah keluarganya di desa Tulungagung. Sebuah program yang patut dijadikan contoh dan pantas untuk di hormati.
Kami semua merasa kagum atas apa yang telah dilakukan Aji untuk pembangunan dan kemajuan desa Tulungagung darimana Aji berasal. Rupa2nya..Aji selain seseorang yang tak saja tekun dan rajin, tapi Aji juga pekerja keras dan rajin menabung.

Selama di Australia selain studi bahasa Inggris di Holmesglen College of TAFE, Aji juga bekerja dipertokoan Cina, cuci piring direstaurant, memetik anggur dan lain lain. Selain punya cita cita menabung untuk study sekolah Hotel Management di Switzerland, Aji juga harus bantu bisa ngirim uang buat Ibunya dan biaya sekolah adik adiknya.
Selama 4 tahun Aji berhasil menabung cukup untuk mewujudkan impiannya sekolah di Switzerland, walaupun nantinya dia harus bekerja juga saat sekolah hal ini tak menjadi hambatan untuknya, baginya yang penting, Aji dapat menyelesaikan sekolahnya dengan baik. Dan dari hasil tabungannya, Aji mendaftarkan diri di Institute Hotelier „Cesar Ritz“ di Le-Bouveret , Switzerland. Alhamdullilah sambil bekerja di Restaurant terdekat sebagai tukang cuci piring, Aji bisa menyelesaikan sekolah Hotel Managementnya dan bahkan dia mendapat gelar Mr. Ritz 1997 karena berhasil menjadi juara 1 nyanyi di Le Bouveret.
Pada tahun 80an dan 90an Aji juga sudah beberapa kali memenangi lomba nyanyi di Jawa Timur.

Selepas dari Institute Hotelier „Cesar Ritz“ Aji bekerja di Hotel Furigen, Switzerland selama satu tahun, dan setelah itu Aji di terima kerja di Hyatt Orlando di Florida , USA. Tahun tahun berlalu dengan cepatnya dan setelah Aji berganti kerja dan pindah kerja di England dan Bali, sampai akhirnya dia memutuskan untuk kembali lagi ke Switzerland negara keju, coklat dan jam ini.

Aji yang dulu bercita cita jadi penjahit agar bisa bikin baju untuk Ibunya dan adik adiknya, bangga sekali dengan kain baik dan setiap kali balik ke Switzerland dari Indonesia dia mendesign baju batik untuk teman teman bulenya. Dari sekian banyak teman-temannya, salah satu teman Aji itu bekerja di bagian logistic seragam yang membawahi lebih dari 145 kapal kapal yang beroperasi dikawasan Eropa, dan jumlahnya tiap tahun bertambah.
Dari teman inilah dan dari hadiah baju batik yang Aji design, akhirnya Aji ditawarin untuk memproduksi seragam untuk kapal kapal tersebut, mulai dari seragam kitchen, Bar, housekeeping, jacket dinner, appron, dasi dll.

Kerjasama yang sudah berjalan sekitar 4 tahun itu, membuat Aji bolak balik Swiss – Indonesia- Swiss selama 3/tiga kali dalam setahun. Tidak sedikit kendala yang harus dihadapinya, namun dengan ketekunannya, kesabaran, kemauan, dan kerja keras, Alhamdullilah semua bisa dijalani Aji.

Selain memproduksi seragam untuk kapal kapal tersebut, Aji juga depercaya mendesign dan memproduksi handuk pantai, flip flop, dan celana renang untuk label Jerman , Splitdorf, yang akan lounching tahun depan. Dan satu hal lagi dari semua itu, sejak 3 tahun lalu Aji sudah mempunyai clothing line sendiri yang logo dan labelnya diambil dari baju Mbah Tukiman yang selalu kenakan beliau saat beliau mendongeng sambil menikmati rokok klobot , sudah tiga tahun pula label dan logo , lurik by aji bräm, telah di hak patentkan . Aji juga sudah mulai melaukan promosi, salah satunya bekerjasama dengan KBRI Bern untuk mengadakan Fashion Show.

Waktu tak terasa berlalu dengan cepat, cafe bibliotik harus tutup, dan kami harus angkat kaki, meninggalkan dinding-dinding yang bertelinga, dan kursi-kursi yang hangat bekas singgasana kami tadi. Acara selanjutnya, kami pergunakan dengan hanya duduk-duduk santai sambil bincang-bincang ringan. ngalor ngidul , yahhh tentu saja sesekali kami cuci mata tentunya. Pertemuan sore itu, semakin seru dengan hadirnya pemusik jalan yang sangat bagus memainkan alat-alat musik mereka. Lagu jaz, rock, dan reggae menemani senja kami yang indah.

Terimakasih ya Aji, yang sudah berkenan sharing pada kami semua, kisah hidupmu yang pantas menjadi tauladan kami, agar kami tak mengenal kata “ putus asa “ dengan segala kekurangan yang ada, yang penting dalam hidup adalah “ usaha “ dan “ berusaha “ lagi, sampai tercapai apa yang kita cita-citakan.

Cerita tersebut diatas adalah cerita yang dikutip dari Bincang Santai Jilid 38 (5.8.2011) mas Aji di Indonesia Swiss Club, di Swiss atas ijin beliau.

Sabtu 13 Desember 2014.
Team Cerpen Inspirasi mengenal mas Aji

Ps:
Team Cerpen Inspirasi mengucapkan banyak terimakasih kepada Aji Bram karena sudah memberikan ijin untuk mempublikasikan kisah hidup beliau. Semoga sukses selalu, di limpahi berkah dan selalu dalam lindungan-Nya. Kami yakin cerpen Kisah Seorang Anak Penjual Tahu Keliling ini menjadi inspirasi bagi pembaca. Amin….Amin ya Robalalamin !

Terkait

IKLAN

ADDRESS
Jl. Sudirman Gang. Imam Bonjol . rt 3 rw 2 Kec : Mandau.
Kab. Bengkalis Riau Bengkalis, Riau, Indonesia

Yansimon
0812 - 6176 - 5827
www.suarariaupos.com
suarariaupos@yahoo.com